image host
DAFTAR SEKARANGSaat ini SMA Walisongo Sragen sudah membuka pendaftaran Santri baru tahun Pelajaran 2023/2024. KUOTA TERBATAS!

Fakta/Mitos Perubahan Iklim

Fakta/Mitos Perubahan Iklim – Anda mungkin tidak asing dengan istilah perubahan iklim atau juga dikenal dengan fenomena pemanasan global. Fenomena ini biasanya diikuti perubahan pola cuaca yang bisa menyebabkan bencana alam seperti banjir atau kekeringan.

Baca juga: PENGGUNAAN RESIDU MINYAK BUMI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Namun tahukah Anda, meski banyak bencana yang terjadi di Indonesia, kebanyakan masyarakat Indonesia justru menempati peringat pertama sebagai negara dan masyarakat yang tidak percaya akan perubahan iklim menurut survei YouGov-Cambridge Globalism Project. Indonesia menduduki peringkat pertama dari 23 negara, dengan presentase sebesar 18 persen.

Aktivitas yang dilakukan oleh manusia meningkatkan emisi (gas buang) karbondioksida, sehingga meningkatkan temperatur Bumi secara keseluruhan. Cuaca ekstrem dan es kutub yang mencair hanya segelintir efek yang dihasilkan karenanya.

Fakta/Mitos Perubahan Iklim

Fakta/Mitos Perubahan Iklim

Untuk lebih jelas mengenai perubahan iklim, berikut 5 pertanyaan paling banyak ditanyakan dan penjelasannya.

1. Apa itu perubahan iklim?

Melansir BBC, Rabu (11/13/2020), temperatur rata-rata Bumi adalah 15 derajat Celcius. Ada beberapa fluktuasi suhu, namun ilmuwan mengatakan bahwa temperatur saat ini meningkat jauh lebih pesat dibanding sebelumnya.

Hal ini berkaitan dengan efek rumah kaca, yang berasal dari energi dari Matahari yang terperangkap dalam atmosfer Bumi.

Sebagian energi dari Matahari yang dipantulkan kembali ke luar angkasa, diserap oleh gas rumah kaca dan diarahkan ke berbagai area. Hal ini menyebabkan pemanasan pada bagian bawah atmosfer dan permukaan Bumi itu sendiri. Tanpa efek ini, Bumi akan lebih dingin 30 derajat Celcius dan tidak sesuai untuk mahluk hidup. Para ilmuwan percaya, manusia adalah oknum yang menambah gas rumah kaca ini. Emisi yang dikeluarkan oleh industri dan pertanian menambah tebal gas rumah kaca ini.

Dengan semakin tebalnya gas rumah kaca, energi Matahari yang diserap semakin banyak. Inilah yang membuat temperatur Bumi bertambah panas. Inilah yang disebut dengan perubahan iklim, atau pemanasan global.

2. Dari mana datangnya emisi karbondioksida?

Dampak terbesar dari pemanasan global adalah penguapan air. Namun uap air tersebut tetap berada pada atmosfer selama beberapa hari. Karbondioksida (CO2) bertahan jauh lebih lama. Butuh waktu ratusan tahun untuk mengembalikan kondisi atmosfer seperti sedia kala, sebelum Bumi dipadati industri. Mayoritas emisi karbondioksida yang dihasilkan manusia berasal dari pembuatan bahan bakar berbasis fosil. Ditambah lagi, hutan tropis dunia semakin sedikit karena deforestasi dan pembalakan liar.
Semakin banyak karbondioksida yang menguap ke udara, semakin nyata pula pemanasan global. Baca juga: Pemanasan Global Ancam Lapisan Tanah Beku Kutub Utara, Ini Penyebabnya Sejak Revolusi Industri berawal pada 1750, level karbondioksida telah meningkat lebih dari 30 persen. Konsentrasi karbondioksida pada atmosfer saat ini lebih tinggi dari 800.000 tahun terakhir. Selain karbondioksida, gas rumah kaca lainnya yang dihasilkan manusia adalah methanol dan nitrous oxide.

3. Apa bukti pemanasan global?

Saat ini, World Meteorological Organization (WMO) menyebutkan temperatur Bumi sudah meningkat sebanyak 1 derajat Celcius. Sebanyak 20 tahun terpanas Bumi terjadi selama 22 tahun terakhir, dengan 2015-2018 menduduki empat peringkat pertama. Di seluruh permukaan Bumi, permukaan laut meningkat rata-rata 3,6 mm per tahun antara 2005-2015. Hal ini terjadi karena es di kutub utara dan kutub selatan mencair akibat pemanasan global.

Baca juga: 9 Sikap Ilmiah Seorang Ilmuwan dalam Ilmu Biologi

Satelit merekam penurunan jumlah es di Kutub Utara sejak 1979. Greenland Ice Sheet misalnya, telah mencapai rekor pencairan dalam beberapa tahun belakangan. Data satelit juga menunjukkan bahwa massa dari West Atlantic Ice Sheet berkurang tiap tahun. Efeknya juga bisa dilihat dari vegetasi dan populasi hewan.

4. Seberapa besar kenaikan temperatur di masa depan?

Perubahan temperatur permukaan Bumi antara 1850 sampai akhir abad ke-21 diperkirakan akan melebihi 1,5 derajat Celcius. WMO mengatakan bahwa jika pemanasan global terus berlanjut, temperatur Bumi bisa bertambah sebesar 3-5 derajat Celcius pada akhir abad ini. Sementara itu, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kenaikan temperatur di atas 2 derajat Celcius akan menimbulkan bencana besar.

Para ilmuwan bersikeras untuk aksi di mana semua pihak dan semua negara harus bekerja sama agar kenaikan temperatur tidak melebihi 1,5 derajat Celcius. Baca juga: Bencana Besar jika Suhu Bumi Naik 2 Derajat Celcius pada 2030 United Nations (UN) memimpin semua negara di dunia untuk stabilisasi emisi gas rumah kaca. Sebelum adanya kasus Covid-19, China merupakan penghasil karbondioksida terbesar di dunia.

Diikuti oleh Amerika Serikat dan negara-negara European Union (EU). Namun apabila kita mengurangi gas rumah kaca secara signifikan, ilmuwan mengatakan bahwa efek perubahan iklim akan berlanjut. Masifnya jumlah air di lautan dan es yang mencair membutuhkan waktu ratusan tahun untuk menyusut seperti semula. Baca juga: Pemanasan Global, 2019 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah Terlebih lagi, butuh berpuluh tahun untuk karbondioksida dilepaskan oleh atmosfer kita.

5. Apa dampak perubahan iklim untuk kita?

Selain permukaan air yang bertambah dan cuaca ekstrem, perubahan iklim memiliki dampak yang relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Perubahan iklim menyebabkan berkurangnya pasokan air bersih untuk konsumsi, berkurangnya produksi makanan, bertambahnya angka kematian dan penyakit akibat banjir, serta badai dan heat wave atau gelombang panas. Dengan suhu Bumi yang memanas, air di lautan akan semakin menguap. Hal ini menyebabkan hujan dengan intensitas lebih lebat, dan lebih lama dari biasanya di berbagai wilayah.

Tak hanya itu, risiko kekeringan dan kebakaran hutan juga akan bertambah. Negara-negara miskin yang tidak memiliki mitigasi, atau bahkan jauh dari industri, adalah yang paling menderita. World Health Organization (WHO) juga telah memperingatkan bahwa kemungkinan masyarakat terkena berbagai penyakit semakin besar. Antara lain malaria, penyakit akibat banjir/ hujan, serta malnutrisi akibat krisis pangan.

Bagaimana dengan habitat flora dan fauna di lautan? Dengan banyaknya karbondioksida yang terjebak di atmosfer kemudian dilepaskan lewat air hujan, menyebabkan permukaan laut menjadi lebih asam. Hal ini menyebabkan berbagai masalah dan kematian biota laut, terutama koral. Merespon dan beraksi untuk memerangi perubahan iklim adalah tantangan terbesar global saat ini. Namun, Anda harus memulainya dari kesadaran diri sendiri.

Sponsor
image host
One Comment

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *